Sasete Itadakimasu
Dalam percakapan bahasa Jepang
sehari-harinya kita sering mendengar kata-kata ~ sasete itadakimasu.
Banyak yang mempunyai pemikiran yang sama bahwa mereka menunjukkan
penghormatan selama mengucapkan ~ sasete itadakimasu.
Di awal perjumpaan, misalnya, ada orang
yang mau mengucapkan , Setsumei sasete itadakimasu kepada peserta
pertemuan lainnya. Artinya “saya menerima kehormatan untuk diminta
memberikan penjelasan”. Tapi dalam situasi ini kita cukup menggunakan
Setsumei shimasu, yang berarti “saya akan jelaskan”.
Mungkin anda juga menyadari bahwa di
depan toko kita sering menemui tulisan Juji kara eigyo sasete
itadakimasu, yang secara harafiah berarti “kami mohon kepada anda agar
mengizinkan kami buka pada pukul 10″. Hal ini adalah penggunaan yang
tidak tepat.
Tapi kata-kata ini akan berubah seiring waktu. Ungkapan-ungkapan tersebut mungkin akan bisa menjadi bahasa Jepang yang benar.
Pemandian
Di Jepang, sudah secara umum setiap
rumah mempunyai bak mandi. Ukurannya rata-rata bak mandi itu
memungkinkan seseorang untuk duduk berselonjor dan merendam tubuh hingga
ke pundah. Air panas di bak mandi itu digunakan oleh seluruh anggota
keluarga. Jangan lupa sebelum berendam untuk membersihkan tubuh terlebih
dahulu.
Orang Jepang tidak hanya mandi di rumah,
tapi juga sering pergi ke tempat pemandian air panas. Bepergian dengan
tujuan utama untuk mengunjungi pemandian air panas disebut onsen ryokô.
Beberapa penginapan di tempat pemandian air panas memiliki apa yang
disebut sebagai rotenburo. Ini artinya tempat mandi di udara terbuka,
sambil melihat hamparan panorama alam disekitarnya. Rotenburo ini sangat
populer karena memberikan perasaan bebas.
Makanan Musiman
Jepang memiliki empat musim dan setiap
musim punya makanan khasnya. Disini kami akan kenalkan makanan khas yang
ada pada setiap musim yang ada
Bahan makanan khas di musim semi juga
banyak yang terdapat di Indonesia yaiturebung bambu (Rebung bambu dalam
bahasa Jepang disebut takenoko) dan tangkapan ikan bonito pertama di
musim itu.
Lain halnya dengan musim panas, orang
Jepang banyak makan mentimun dan belut. Mentimun dianggap sebagai
sayuran yang bermanfaat untuk menghilangkan kelelahan di musim panas
karena bisa mengeluarkan panas tubuh.
Pada waktu musim gugur ada ungkapan
“musim gugur adalah musim dimana selera makan kita paling baik.”
Ungkapan ini menggambarkan banyaknya bahan makanan khas di musim gugur,
diantaranya buah kesemek, ikan sauri pasifik dan
Sedangkan jenis makanan di musim dingin adalah ikan cod dan lobak raksasa yang dapat membantu menghangatkan tubuh.
Bahan makanan musiman ini harganya
relativ murah dan sangat terkenal karena banyak tersedia dimana-mana.
Makanan laut di sebuah musim juga sangat dihargai, dan suasana di
pasar-pasar biasanya akan diramaikan dengan teriakan “Ikan bonito
pertama tahun ini sudah datang!”
Produk Khas
Kepulauan Jepang terbentang dari utara
ke selatan, sehingga cuaca setiap daerah sangat berbeda-beda. Jepang
juga memiliki empat musim dengan berbagai keindahan alamnya yang
melimpah. Setiap kawasan memiliki produk pertanian dan makanan khasnya.
Teh adalah produk khas provinsi Shizuoka yang terletak di kaki Gunung
Fuji. Ini adalah kawasan produsen teh terbesar di Jepang. Shizuoka juga
memiliki pantai sehingga juga diberkahi dengan produk laut yang
melimpah seperti ikan sarden dan udang sakura berbintik.Tentu saja Tokyo juga memiliki kekhasannya sendiri. Rumput laut nori yang digunakan untuk membuat sushi adalah salah satunya. Nori yang dipanen di Teluk Tokyo terkenal karena rasanya yang sedikit manis dan aromanya yang kuat.
Saat ini Anda dapat menikmati produk khas dari seluruh Jepang dengan menggunakan layanan pemesanan pos via internet. Namun tentu saja yang paling nikmat adalah jika Anda berkunjung langsung dan mencicipi makanan khas itu saat tengah musimnya.
Mengubah Kegagalan Menjadi Nilai Tambah
Siapapun pernah berbuat salah. Namun
sekali Anda meminta maaf dengan cara yang kasar, bisa jadi Anda akan
meninggalkan kesan buruk di mata orang lain. Anda harus meminta maaf
secara cerdas.
Ungkapan yang dilontarkan pada saat permintaan maaf yang digunakan
dalam bisnis adalah Sumimasen, Moshiwake Gozaimasen dan shitsurei
itashimashita.Saat seseorang yang ingin dimintai maaf ada di hadapan, maka Anda harus membungkukkan badan saat menyampaikan permintaan maaf.
Saat Anda terlambat memenuhi sebuah janji, misalnya karena kereta terlambat akibat ada kecelakaan, maka hal pertama yang Anda lakukan adalah meminta maaf walaupun bukan Anda yang harus disalahkan karena terlambat. Apapun alasannya, lebih baik meminta maaf karena telah menyusahkan orang lain akibat Anda tidak bisa memenuhi janji. Apabila anda telah meminta maaf dengan ketulusan, Anda tinggal berusaha untuk memulihkan kembali kepercaayaan orang.
Membaca Pikiran Orang Lain
Seperti pernah dijelaskan, orang Jepang
punya kecenderungan untuk tidak mengatakan sesuatu dengan jelas. Ini
karena ada semacam kebiasaan untuk membaca pikiran orang, jika orang
tersebut tidak mengungkapkan dengan jelas apa yang ada dalam pikiran
mereka.
Percakapan hari ini misalkan, ketimbang mengatakan dengan jelas bahwa
ia ingin pulang, gunakan ungkapan sorosoro. Tapi saat mendengar kata
tadi, pasangan ibu pemilik kontrakan dan suaminya sudah bisa menebak
bahwa orang itu ingin pulang. Jadi yang dimaksud membaca pikiran orang
disini bukan hanya dari kata-katanya, tapi juga dari ungkapan wajah dan
suasana.Dalam bahasa Jepang, “memahami sesuatu tanpa kata-kata” disebut kûki o yomu. Arti harafiahnya kalimat tadi adalah “membaca di udara”, tapi ini mengungkapkan bagaimana kita bisa memahami keadaan.
Jam kerja kantor
Jam kerja di kebanyakan perusahaan
Jepang adalah dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Walaupun
akhir-akhir ini sistem “waktu fleksibel” mulai meluas, di mana para
karyawan dapat mengatur sendiri jam kerjanya dalam batasan tertentu.
Sistem fleksibel ini menjadi populer karena dapat menghindari kepadatan
lalu lintas dalam jam kerja biasa, selain karyawan juga bisa bekerja
sesuai gaya hidupnya.
Tetapi banyak juga orang yang merasa risi untuk pulang setelah
menyelesaikan pekerjaannya, karena melihat atasan dan rekan kerjanya
masih bekerja lembur. Nah dalam situasi seperti ini, berikan toleransi
kepada mereka yang masih bekerja, dengan mengucapkan O-saki ni shitsurei
shimasu sebelum pulang. Artinya “Maaf saya permisi dulu”.10 Kiat Sukses Orang Jepang
1. Kerja Keras
Jepang / Nihon / Nippon / Japan seperti
diketahui orang seluruh dunia adalah bangsa yang rajin. Sesusah-susahnya
hidup orang rajin tidak akan pernah kelaparan. Rata-rata jam kerja
pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan
dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870
jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang
pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,
sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil
yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa
melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang
cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang,
dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan”
oleh perusahaan.
2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun
temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke
perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan
pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke
fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb)
yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya.
Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri,
karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang
Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi
di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu
terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma
yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup
hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak
dalam berbagai bidang kehidupan. yang membuat heran dan kagum adalah
banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam
19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa
bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada
waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa
Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah
perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. agak berbeda dengan
kondisi di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang
berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua
perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang
yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka
latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business)
perusahaan.
5. Inovasi
Kalau anda tahu jepang bukan negara yang
menemukan berbagai tekbologi yang ada , tapi orang Jepang mempunyai
kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannyadalam
varian lain dengan motif yang baru yang diminati oleh masyarakat.
Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang
melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki
oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan
dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama
puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu.
Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan
jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan
kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya
dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa
mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah.
Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke
luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi
Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi
fast-learner. Minimnya sumber daya alam tidak membuat Jepang menyerah.
Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu,
bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk
Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi,
maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di
tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul
dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi
besar di Tokyo . Ternyata
Jepang tidak habis. Ditahun – tahun selanjutnya Jepang sudah berhasil
membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) .
Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya
hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun
1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri
sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga
awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya
yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan
Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang
harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan
nama shippaigaku (ilmu kegagalan).
7. Budaya Baca
Tidak usah kaget bila berkunjung ke
Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya
baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak
peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha
untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik
bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun
SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik
yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang
Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam
proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman,
dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus
berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang
sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu
mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik.
Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau
kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi
kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata
kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok
mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1
orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika,
hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang
professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering
disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan
strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak orang Jepang
dilatih untuk mandiri. Hal ini diterapkan sejak masuk TK (Yochien) di
Jepang. Anak – anak harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti,
bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan
sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap
anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab
terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah
hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Rata – rata
untuk biaya pribadi mereka kerja part time untuk biaya sekolah dan
kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang
ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. Jaga Tradisi
Perkembangan teknologi dan ekonomi,
tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya
perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup
sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek
orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak
pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta
maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif
menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang
lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang
karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan
tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena
masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan
langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya
tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang
signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih
bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang termasuk salah satu yang
tertinggi di dunia.
Penyebutan nama di telepon
Memang tidak mudah untuk membuat
ungkapan yang santun saat telpon. Kuncinya adalah posisi harus jelas
antara “Kita dengan lawan bicara kita”, atau “orang dalam dan orang
luar”. Ketika berbicara dengan orang di kantor sendiri, kita harus
menggunakan ungkapan sederhana untuk merendahkan diri sendiri. Misalnya
ketika ada telepon untuk Presdir Suzuki, meskipun di dalam kantor
sendiri kita memanggilnya Suzuki shacho, yang artinya “Presdir Suzuki”,
tetapi kepada orang luar, kita akan menanggalkan semua atribut
kehormatannya, dan mengatakan: Suzuki wa gaishutsu shite imasu, artinya
“Suzuki sedang keluar”.
Di Jepang, nama keluarga yang sering
terdengar adalah: Sato, Suzuki dan Takahashi. Tetapi masih banyak nama
keluarga lainnya, sebagian juga terdengar hampir sama. Apabila tidak
bisa menangkap nama keluarga seseorang, jangan segan untuk berkata; Mô
ichido, o-namae o onegaishimasu, yang artinya “Tolong sebutkan nama Anda
sekali lagi”.
Kôban
Apabila menemukan dompet atau telepon
genggam, kebanyakan orang Jepang berpandangan “harus segera
melaporkannya kepada polisi”. Sementara orang yang kehilangan barang pun
segera melapor ke polisi tentang barang yang hilang tersebut, termasuk
waktu dan hari kehilangan. Dengan demikian, apabila ada orang yang
menemukan barang tersebut dan melaporkannya kepada polisi, maka pihak
polisi akan dapat segera menghubungi orang yang kehilangan.Pos penjagaan
polisi yang berbentuk bangunan kecil disebut juga dengan koban
Sistem kôban ini dibuat lebih dari 100 tahun yang lalu untuk menjaga
keamanan di Tokyo, lalu meluas ke seluruh negeri. Polisi yang bekerja di
kôban disebut dengan panggilan akrab o-mawarisan.Tugas utamanya adalah
mengontrol keamanan di daerah tersebut, termasuk segera pergi ke tempat
kejadian kecelakaan atau kejahatan, dan membantu mereka yang tersesat
dan juga memberikan pengamanan kepada mereka yang mabuk.. Jadi kalau
Anda suatu saat tersesat di suatu tempat, ingatlah untuk segera ke kôban
untuk menanyakan arah.Stempel pribadi
Salah satu budaya Jepang yang sering
membuat orang asing terheran-heran adalah penggunaan stempel pribadi,
bahasa Jepangnya hanko atau inkan. Benda ini mempunyai peranan penting
dalam berbagai transaksi, misalnya ketika akan membuka rekening bank,
atau ketika hendak menyewa apartemen dsb. Biasanya stempel ini terbuat
dari kayu, batu atau plastik yang diukir dengan nama keluarga
pemiliknya. Di beberapa bank besar juga masih mau menerima tanda tangan
sebagai pengganti stempel.
Ada juga stempel untuk keperluan harian, misalnya ketika menerima
barang kiriman, dsb. Stempel seperti ini dijual bebas dengan nama-nama
keluarga Jepang yang umum, seperti Sato, Suzuki, Takahashi dan
sebagainya. Sebagai orang asing, memang tidak ada stempel khusus yang
hanya bisa dimiliki dengan memesannya, maka Anda juga bisa membuatnya
dengan nama lengkap, nama depan saja, atau malah hanya inisial.Pesta Perusahaan
Perusahaan-perusahaan di Jepang sering
menggelar pesta untuk para karyawannya.Yang paling banyak adalah untuk
penerimaan karyawan baru, pesta perpisahan saat ada pergantian karyawan,
dan pesta akhir tahun sebagai bentuk terima kasih atas hasil kerja dan
dukungan selama setahun terakhir.
Diantara sesama pekerja biasa untuk makan malam bersama seusai
kerja, sambil minum minuman beralkohol atau teh. Jika Anda tidak minum
alkohol, tidak ada salahnya menolak, tapi sebaiknya gunakan kata-kata
yang sopan.Cara yang paling baik untuk menolak adalah dengan
menyertakan alasan dan ucapkan Sumimasen, o-sake wa nomenai n desu yang
artinya “Maaf, tapi saya tidak dapat minum sake”.Pesta-pesta ini adalah momen terbaik untuk mengenalkan diri kepada orang jepang, dan bahkan menemukan sisi lain yang tak terduga dari rekan sekerja Anda. Jadi datanglah jika Anda diundang.
Ucapan Salam
Di Jepang ada beragam bentuk sapaan untuk berbagai situasi. Berikut beberapa diantaranya yang perlu diingat.
Pertama, tadaima (saya sudah pulang) dan o-kaeri nasai (selamat datang kembali).Saat akan keluar, ucapkanlah itte kimasu, yang artinya sama dengan “sampai jumpa.” Orang yang mengantar Anda keluar akan mengucapkan itterasshai yang artinya sama dengan “sampai ketemu lagi nanti.”
Sebelum mulai makan, ucapkanlah itadakimasu, yang artinya “saya akan makan.” Saat selesai makan, ucapkan gochisô sama deshita, yang berarti “terima kasih untuk makanannya”. “Gochisô sama deshita” juga diucapkan kepada tuan rumah sehabis Anda makan.
Terakhir, ucapkanlah o-yasumi nasai sebelum beranjak tidur. Artinya “Selamat malam.” Ucapan balasannya juga sama: O-yasumi nasai.
Jika Anda dapat menguasai bentuk sapaan yang umum ini, maka jarak antara Anda dan orang Jepang akan jauh berkurang
Etika saat berada di dalam lift
Ada beberapa etika yang harus diingat ketika berada di dalam lift di tempat kerja.
Pertama, ketika menunggu lift, berdirilah di sisi pintunya agar tidak menghalangi orang yang hendak keluar dari lift.Begitu pula posisi berdiri di dalam lift akan tergantung pada siapa yang ada di dalam lift tersebut. Apabila bersama tamu atau atasan, kita harus berdiri di dekat tombol untuk mengontrol lift tersebut.
Kita tidak akan mengenal dengan siapa saja di Lift saat itu. Bisa jadi tamu atau karyawan dari departemen lain. Oleh karena itu, kita harus menjaga percakapan untuk menghindari kebocoran informasi penting.
Hal yang sama juga berlaku saat berada dalam lift di pusat perbelanjaan atau hotel, sebaiknya kita menahan diri untuk bercakap-cakap. Ini juga merupakan bentuk tenggang rasa bagi orang lain yang sama-sama naik lift bersama kita.
No comments:
Post a Comment