Saturday, July 13, 2013

Sejarah Yakuza

 Sejarah Yakuza jejak asal-usulnya kembali ke jaman Tokugawa atau jaman Edo (1603-1868), saat shogun, ketika Ieyasu Tokugawa (1603-1605) mulai berkuasa memadukan negara Jepang. Jauh dari periode perang saudara, namun juga belum menjadi negara yang stabil. Pada era baru tersebut ada sekitar 500.000 samurai yang menganggur, dan tidak ada pekerjaan yang cukup untuk mendukung jumlah mereka. Banyak dari samurai ini bergabung dengan kelas pedagang (Tekiya), tetapi mereka yang tidak bergabung, menjadi ronin (Samurai Tak Bertuan, atau tunawisma), harus menemukan cara lain untuk mendukung kehidupannya. Mereka banyak beralih ke metode sebagai penjudi (Bakuto), pencurian dan kriminal untuk mendukung kehidupan diri mereka sendiri.
Apabila menunjuk nama orang, siapa Yakuza pertama, mungkin bisa disebutkan Isokichi Yoshida (1867-1936) dari Kitakyushu yang merupakan Pemimpin Pertama Yamaguchi-gumi.
Ada juga ronin yang menjadi machi-yokku, atau pelayan kota atau satuan tugas (satgas desa). Pada hakekatnya berusaha kuat mencari penghasilan untuk melindungi dan menghidupi serta bagi kesejahteraan keluarga mereka dan kota.
Seperti geng akhir-akhir ini, mereka banyak yang menghabiskan waktu untuk perjudian.
Sama seperti Mafia Italia, Yakuza dimulai dengan pengaturan secara kekeluargaan, tetapi tidak didasarkan kepada garis keturunan, tetapi melalui adopsi maupun penerimaan anggota dari orang yang tak dikenal sebelumnya.
Hubungan ini kemudian menjadi hubungan seorang godfather di bagian atas, dengan anggota baru di bawahnya, sehingga terbentuk secara piramida, dan istilah yang diberikan kepada peran ayah-anak (atasan-bawahan) disebut sebagai hubungan oyabun-kobun.
Oyabun memberikan saran, perlindungan, dan bantuan, dan sebagai imbalannya menerima loyalitas teguh dan pelayanan kobun ketika dibutuhkan.
Inisiasi janji baru ke dalam organisasi dilakukan dalam mode yang sangat formal, dengan pertukaran cangkir sake untuk melambangkan hubungan darah (sake dilambangkan sebagai darah) antara oyabun dan kobun tersebut. Upacara ini biasanya dilakukan pada kuil Shinto, dan dengan demikian ditetapkan memiliki makna keagamaan.
Yakuza selalu membanggakan diri pada kode bushido, atau cara samurai. Kematian kekerasan secara tradisional dilihat sebagai nasib puitis, tragis, dan terhormat, dan konsep giri dan ninjo adalah pusat perhatian terhadap hubungan di antara anggota.
Giri, atau kewajiban, mengacu pada rasa kuat bersama untuk melaksanakan kewajiban atau tugas dengan baik secara bersama-sama di antara anggota, dan juga sebagai "pakaian sosial" yang mengikat banyak hal agar dapat menyatukan Jepang bersama-sama.
Ninjo kira-kira diterjemahkan dengan emosi, atau kasih sayang manusia, dan menunjukkan "kemurahan hati atau simpati terhadap hal-hal yang lemah dan kurang beruntung dan terhadap orang lain. Hal ini mengikat suatu bentuk kesopanan dan patriotisme yang memberikan Yakuza semangat semacam Robin Hood, citra yang romantis apabila dilihat di mata publik.
Yakuza telah mempertahankan hubungan yang sangat erat dengan entitas politik dan korporasi Jepang dalam pertumbuhan mereka selama bertahun-tahun, jauh lebih lama daripada rekan mereka, mafia, di Amerika Serikat.
Akibat kekacauan politik setelah masa setelah Perang Dunia II, Yakuza, menjadi sayap kanan sangat konservatif. Itulah sikap mereka saat itu sehingga banyak terjadi pembangkangan.
Karena setelah Perang Dunia Kedua, kekerasan antara faksi-faksi yang berbeda terjadi semakin sengit. Setelah perang dunia kedua, organisasi telah terdegradasi dari perawakan asli mereka. Mereka menjadi boryokudan, atau geng kekerasan, dan di Bosozoku, geng biker (sepeda motor) Jepang. Terbentuk faksi kecil-kecil dan muncul perselisihan ke dalam sistem bawah tanah kriminal tradisional. Ada pula kecenderungan menurunnya solidaritas dan ketaatan di antara anggota Yakuza.
Anggota yang lebih tua kecewa dengan penurunan nilai-nilai moral dan peningkatan penggunaan senjata di kalangan atas dan generasi muda yakuza, yang sebelumnya tidak pernah menjadi masalah utama di Jepang. Ini transformasi dalam perilaku di antara anggota yang menjadi kriminal, terlihat sebagai masalah besar tidak hanya oleh generasi tua penjahat, tetapi oleh lembaga penegak hukum juga.
Adanya perpecahan itu memunculkan seorang seorang pemimpin Yakuza yang juga pemimpin Yamaguchi-gumi, Yoshio Kodama. Sempat dipenjara di Sugamo Prison bersama Ryoichi Sasakawa, yang akhirnya bersahabat. Saat dipenjara Kodama membuat buku yang menjadi sangat terkenal, gSugamo Diaryh, kisah keluar masuk dan kabur dari penjara Jepang, serta satu buku lagi berjudul, gI Was Defeatedh sebuah karya otobiografi.
Kodama dipakai pihak intel AS untuk menghancurkan komunis di Jepang, termasuk juga menghancurkan anti nasionalis. Dia adalah tokoh sayap kanan yag kuat. Tahun 1947 dia meminta Meiraki-gumi, afiliasi Yamaguchi-gumi untuk menghancurkan sebuah gerakan pekerja di pertambangan Hokutan. Dia juga yang menyatukan Yamaguchi-gumi dengan Tosei-kai, yang dipimpin Hisayuki Machii. Kodama adalah seorang broker (perantara) yang piawai.
Jepang adalah negara yang mampu melakukan adaptasi yang luar biasa agar sesuai dengan perubahan zaman, dengan tetap menjaga persatuan di dalam hatinya masing-masing. Yakuza, sebagai bagian dari sistem ini, akan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, tapi sangat tidak mungkin bahwa sebuah organisasi yang jejak akarnya kembali lebih dari 400 tahun yang lalu, akan hilang dalam waktu dekat, gBanyak yang ditangkap polisi, tetapi Yakuza tetap berjalan dengan baik seolah tanpa halangan apa pun,h papar Robert Whiting, pengarang Tokyo Underworld, saat diwawancarai National Geography pada bulan Desember 2011.

Apa arti dari Yakuza.?

Arti kata Yakuza, nama kata Yakuza mulai terkenal, memang dimulai dari perjudian, permainan (game) Jepang bernama Oicho- Kabu.
Permainan ini mirip Black Jack atau Baccarat.
Permainan Oicho- Kabu (おいちょかぶ) dengan jumlah kartu pemenang bernilai 19 bukan 21. Lalu kartu mati (jelek sekali) dengan susunan 8 - 9 - 3 kalau di eja dalam bahasa Jepang menjadi Ya- Ku - Za. Kalau angka itu dijumlah menjadi 20 atau lebih dari 19. Berarti di luar yang normal, dan Yakuza memang juga di luar kehidupan biasa.
Oicho-Kabu (おいちょかぶ) dan Tehonbiki adalah permainan (judi) dengan beberapa kartu khusus kabufuda atau hanafuda. Oicho-Kabu berarti 8-9 dan memiliki dealer, di mana pemainnya dapat bertaruh. Tujuannya mencapai angka 9.

Yakuza dari bahasa Jepang: (やくざ atau ヤクザ) atau gokudō (極道) adalah nama dari sindikat terorganisir di Jepang. Organisasi ini sering juga disebut mafia Jepang, karena ada kesamaan dengan bentuk organisasi yang asalnya dari Italia tersebut.

Sejarah Yakuza Sejarah panjang Yakuza dimulai kira-kira pada tahun 1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan shogun Kasai sebelumnya. Pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomo-yakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai kaum ronin.
Shogun Kasai adalah salah satu Marga terbesar di Jepang dan sangat berpengaruh Hingga Saat Ini
Seperti kata pepatah : orang yang hanya punya martil cenderung melihat segala sesuatu bisa beres dengan dimartil, demikian juga dengan kaum ronin ini. Banyak dari mereka menjadi penjahat dan centeng. Mereka disebut sebagai kabuki-mono atau samurai nyentrik urakan yang ke mana-mana membawa pedang. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan tinggi di antara sesama ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.
Untuk melindungi kota dari para kabuki-mono, banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko (satuan tugas (satgas) desa). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum kabuki-mono. Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machi-yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabuki-mono. Di kalangan rakyat Jepang abad ke-17, kaum machi-yokko ini dianggap seperti pahlawan.
Masalah jadi rumit, karena setelah berhasil menggulingkan para ronin, para anggota machi-yokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih jadi preman. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang). Namanya saja kaum pedagang tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (Bos (bapak)) dan Kobun (bawahan (anak)), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

Penjudi

Kaum Bakuto (penjudi), punya sejarah yang unik. Awalnya mereka disewa oleh Shogun untuk berjudi melawan para pegawai konstruksi dan irigasi. Tindakan ini dilakukan agar gaji para pegawai konstruksi dan irigasi habis di meja judi dan tenaga mereka bisa disewa dengan harga murah.
Jenis judi yang biasa dilakukan adalah menggunakan kartu Hanafuda dengan sistem permainan mirip Black Jack. Tiga kartu dibagikan dan bila angka kartu dijumlahkan, maka angka terakhir menunjukkan siapa pemenang, di antara sekian banyak kartu sial kartu berjumlah 20 adalah yang paling sering disumpahi orang, karena berakhiran nol. Salah satu konfigurasi kartu ini adalah kartu dengan nilai (8-9-3) yang dalam bahasa Jepang menjadi Ya-Ku-Za yang kemudian menjadi nama asal Yakuza.
Dari kaum Bakuto ini juga muncul tradisi menandai diri dengan tato disekujur badan (disebut irezumi) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk penyesalan ataupun sebagai hukuman. Awalnya hukuman ini bersifat simbolik, karena ruas atas jari kelingking yang dipotong membuat pemilik tangan menjadi lebih sulit memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan.

Yakuza modern

Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi masyarakat – menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Cina oleh Jepang tahun 1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.
Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Militer mengambil alih kendali dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Dapat dikatakan pamor Yakuza menjadi tenggelam.
Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodame, seorang eks militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai yang dipimpin Hisayuki Machii. Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 saat organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

Ekstasi, pachinko dan perdagangan senjata

Di masa kini, keanggotaan Yakuza diperkirakan telah menurun tajam, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Tulang punggung bisnis ilegal mereka adalah pachinko, perdagangan ampethamine (termasuk ice dan ekstasi), prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.
Di era 1980-an, Yakuza mengembangkan sayap mereka hingga ke Amerika Serikat, dan ikut masuk dalam bisnis legal untuk mencuci uang mereka. Dalam operasinya, Yakuza membeli aset di Amerika dan salah satu yang pernah mencuat ke permukaan adalah keterlibatan Prescott Bush, saudara dari presiden George H.W. Bush dan paman dari Presiden George W. Bush, dalam transaksi penjualan perusahaan Aset Management International Financing & Settlements di awal 1990an.
Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002, Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga 50 milyar dolar dalam investasi saham dan perusahaan di Amerika Serikat.
Di dalam negeri, Yakuza juga ditengarai turut berperan dalam anjloknya ekonomi Jepang selama 10 tahun terakhir. Sebagai akibat amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990, banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan mereka tidak disita oleh bank. Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank pada dasarnya adalah sebuah kigyo shatei, perusahaan boneka miliki Yakuza. Perusahaan milik Yakuza ini diperkirakan memperoleh kredit antara 300-400 milyar dolar, dan sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk organisasi Yakuza. Menghadapi hal seperti ini, bank Jepang jelas tidak bisa berkutik.
Di sisi lain, anggota Yakuza juga kerap membeli aset properti dengan harga miring dari perusahaan yang butuh uang tunai untuk dijual kembali dengan harga tinggi apapun itu mulai dari apartemen, perkantoran hingga rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, tidak ada yang berani jadi tetangga mereka dan alhasil harga properti langsung jatuh, dan segera naik segera setelah Yakuza menjualnya.
Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan politisi Jepang. Beberapa praktik suap telah terbongkar termasuk dalam program tender proyek umum senilai trilyunan yen. Program rekapitalisasi perbankan Jepang yang berlarut-larut tidak kunjung selesai diperparah oleh keterlibatan Yakuza yang sangat berkepentingan dalam bisnis properti dan kredit perbankan. Saat ini perbankan Jepang masih menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira 1,2 triliun dolar dan membuat ekonomi tidak bertumbuh selama 10 tahun terakhir.

No comments:

Post a Comment